Sabtu, 25 September 2010

Planning Jama'ah Alumni Hikmatussalam


A.     Konsep Dasar Jama’ah
Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 13, menjelaskan bahwa :

يَـٰۤأَيـُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَـٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَـٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآـِٕلَ لِتَعَـارَفُوۤا۴ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَــٰكُمْۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ الْمُؤْمِنُ الَّذِي يُخَالِطُ النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنْ الَّذِي لَا يُخَالِطُهُمْ وَلَا يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ قَالَ حَجَّاجٌ خَيْرٌ مِنْ الَّذِي لَا يُخَالِطُهُمْ. رواه احمد و ابو دود عن ابن عمر.
“Orang Mukmin yang bergaul bersama manusia dan bersabar atas gangguannya lebih utama daripada orang yang tidak mau bergaul dengan manusia dan tidak bersabar atas gangguannya.” (HR. Ahmad dan Abu Daud dari Ibnu Umar, Lihat kitab Musnad Ahmad Juz 9)

Qur’an Surat Ali Imran Ayat 103 :
(وَٱعْتَصِمُوا بِحَبْلِ ٱللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا۴ۚ
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai”
يد الله مع الجماعة . رواه الترمذي
“Pertolongan Allah bersama Jama’ah” (HR. Tirmidzi, Lihat dalam kitab Sunan At-TItrmidzi 4: 466)
a.      Makna Jama’ah
Dalam Kitab Al-Mujma’ul Wasith 1: 126 disebutkan bahwa :
الجماعة لغة العدد الكثير من الناس وقيل الطائفة من الناس يجمعها غرض واحد
Jama’ah menurut bahasa adalah sekumpulan manusia, disebutkan pula sekelompok yang memiliki satu tujuan.
1.      Jama’ah Shalat
ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً ».
“Shalat berjama’ah lebih utama daripada shalat sendiri, dua puluh tujuh derajat” (HR. Bukhari dan Muslim) Lihat dalam kitab Shohih Muslim Juz 2 dan kitab Shohih Bukhari Juz 1.
2.      Sekelopok orang yang berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah
قالَ رَسُولُ الله: «لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِي مَا أَتَى عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ حَذْوَ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ حَتَّى إِنْ كَانَ مِنْهُمْ مَنْ أَتَى أُمَّهُ عَلاَنِيَةً لَكَانَ فِي أُمَّتِي مَنْ يَصْنَعُ ذَلِكَ وَإِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً، قَالَ مَنْ هِيَ يَا رَسُولَ الله؟ قَالَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي.
“Akan datang pada umatku seperti apa yang pernah datang kepada bani Israil setapak demi setapak sehingga jika ada diantara mereka anak yang memperkosa ibunya dengan terang-terangan, di kalangan umatku ada pula yang melakukannya. Dan sesungguhnya bani Israil pecah menjadi 72 millah dan umatku pecah menjadi 73 millah, semuanya di neraka, kecuali satu millah. Mereka bertanya : siapa dia wahai Rasululloh ? Beliau menjawab : Orang yang berpegang tegung kepada apa yang aku dan para sahabatku berpegang teguh.”(HR. Tirmidzi, Tuhfatul Akhwadi, 7:399. Sunan At-Tirmidzi Juz 5)
Ibnu mas’ud berkata : “Barangsiapa dalam al-Haq, berarti ia itu dalam Jama’ah, meskipun sendirian”
b.      Perintah Berjama’ah
Qur’an Surat As-shaff ayat 4 :
إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلَّذِينَ يُقَـٰتِلُونَ فِى سَبِيلِهِۦ صَفًّا كَأَنَّهُم بُنْيَـٰنٌ مَّرْصُوصٌ
“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.”
Qur’an Surat Ali Imran ayat 103-104:
وَٱعْتَصِمُوا۴ بِحَبْلِ ٱللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُواۚ …….
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, …..”
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِۚ وَأُولَـٰۤئِكَهُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.”
Hadits Riwayat Bukhari dari Khudzaifah:
كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللّهِ عَنِ الْخَيْرِ. وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ. مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي. فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللّهِ إنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرَ. فَجَاءَنَا اللّهُ بِهَـذَا الْخَيْرِ. فَهَلْ بَعْدَ هَـذَا الْخَيْرِ شَرٌّ؟ قَالَ: «نَعَمْ» فَقُلْتُ: هَلْ بَعْدَ ذلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ؟ قَالَ: «نَعَمْ. وَفِيهِ دَخَنٌ» قُلْتُ: وَمَا دَخَنُهُ؟ قَالَ: «قَوْمٌ يَسْتَنُّونَ بِغَيْرِ سُنَّتِي، وَيَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي. تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ». فَقُلْتُ: هَلْ بَعْدَ ذلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرَ؟ قَالَ: «نَعَمْ. دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ. مَنْ أَجَابَهُمْ إلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا». فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللّهِ صِفْهُمْ لَنَا. قَالَ: «نَعَمْ. قَوْمٌ مِنْ جِلْدَتِنَا. وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا» قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللّهِ فَمَا تَرَى إنْ أَدْرَكَنِي ذلِكَ؟ قَالَ: «تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإمَامَهُمْ» فَقُلْتُ: فَإنْ لَمْ تَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ؟ قَالَ: «فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا. وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ عَلَى أَصْلِ شَجَرَةٍ، حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ، وَأَنْتَ عَلَى ذلِكَ
“Orang-orang bertanya kepada Rasululloh saw, tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya tentang keburukan karena khawatir menimpaku. Aku bertanya : “Wahai Rasululloh, dulu kami pada masa jahiliyah dan keburukan, kemudian Allah mendatangkan pada kami dengan kebaikan ini. Apakah sesudah kebaikan ini akan ada keburukan?” Beliau menjawab “Ya” Lalu aku bertanya lagi apa sesudah keburukan akan ada kebaikan? Beliau menjawab : “Ya, tapi padanya ada dakhon (benalu)” Aku bertanya : “Apakah benalunya itu?” Beliau menjawab :”Sekelompok orang yang memberi petunjuk bukan dengan petunjuk dariku, sebagaimana kau akui kebenarannya, sebagian kau ingkari“ Aku bertanya lagi :”Apakah sesudah kebaikan itu akan ada keburuan?” Beliau menjawab :”Ya, yaitu para juru Dakwah di pintu jahanam. Barangsiapa yang mengikutinya, ia akan dicampakan ke dalam neraka.” Aku bertanya :”Terangkanlah kepada kami bagaimana cirri-cirinya” Nabi bersabda :”Mereka kulitnya sama dengan kita dan berkata dengan bahasa kita”, Aku bertanya :”Apakah yang kau perintahkan pada kami jika kami menemui hal itu?” Beliau bersabda :”Bergabunglah dengan jama’ah muslim dan imamnya” Aku bertanya :”Jauhilah semua firqah sekalipun kamu harus memakan akar pepohonan sampai maut menjemputmudan kau dalam keadaan tetap begitu.” (Lihat dalam kitab Shohih Bukhari Juz 3 dan 6)
c.       Larangan Memisahkan diri dari Jama’ah
Hadits Riwayat Bukhari dari Ibnu Abbas ra :
قَالَ رَسُولُ اللّهِ صلى الله عليه وسلم: مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئاً يَكْرَهُهُ، فَلْيَصْبِرْ. فَإنَّهُ مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ شِبْراً فَمَاتَ، فَمِيتَةٌ جَاهِلِيَّةٌ.
“Barangsiapa yang mendapatkan dari pemimpinnya sesuatu yang ia tidak sukai, hendaklah bersabar. Sesungguhnya barangsiapa yang memisahkan diri dari Jama’ah sejengkal saja. Lantas ia mati, ia mati jahiliah.” (Lihat kitab Shohih Bukhari Juz 6 dan Shohih Muslim Juz 6)
d.      Kewajiban memelihara jama’ah
Qur’an Surat Asy-Syura ayat 38, tentang bermusyawarah:
وَٱلَّذِينَ ٱسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمْ وَأَقَامُوا ٱلصَّلَوٰةَ وَأَمْرُهُمْ شُورَىٰ بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنَـٰهُمْ يُنفِقُونَ
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka.”
Quran Surat Ali Imran ayat 159:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ نفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱڊمْرِۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ
            “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 6, tentang melakukan tabayun :
يَـٰۤأَيـُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوۤا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُۢ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوۤا أَن تُصِيبُوا قَوْمَۢا بِجَهَـٰلَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَـٰدِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 10, tentang melakukan Islah :
إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۴ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْۚ وَٱتَّقُوا ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”
Hadits riwayat Tirmidzi dari Abi Hurairoh tentang bersilaturahmi :
يَا أيُّهَا الناسُ، أفشوا السلامَ وأطعِموا الطعامَ، وصِلوا الأرحامَ وصلُّوا بالليلِ والناسُ نيامٌ تدخلوا الجنةَ بسلامٍ
“Wahai manusia sebar luaskanlah salam, bersedekahlah dengan makanan, bersilaturahmilah dan shalatlah pada malam hari ketika orang-orang lelap tidur, niscaya engkau akan masuk surge dengan selamat” (Lihat Sunan At-TIrmidzi Juz 4)
Qur’an surat Al-Maidah ayat 2 tentang tolong menolong :
 …….وَتَعَاوَنُوا عَلَى ٱلْبِرِّ وَٱلتَّقْوَىٰۖ وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى ٱلاثْمِ وَٱلْعُدْوَانِۚ وَٱتَّقُوا ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ
“…… dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
المُؤْمِنَ للمُؤْمِن كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعضُهُ بَعْضاً
“Mukmin dengan mukmin itu ibarat bangunan yang satu sama lain saling mendukung (saling mnguatkan).”(HR. Bukhari dari Abi Musa), Lihat Shohih Bukhari Juz 2 dan 5.
تَرَىٰ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَىٰ عُضْوٌ مِنْهُ تَدَاعَىٰ لَه سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّىٰ


“Engkau akan melihat orang mukmin itu dalam hal saling menyayangi, mencintai dan melindungi sesame mukmin, ibarat sebuah tubuh yang jika salah satu anggota tubuhnya sakit, sekujur tubuhnya ikut merasakan demam” (HR. Bukhari dari Nu’man bin Basyir) Lihat Shohih Bukhari Juz 5.
B.      Visi dan Misi
a.      Visi
Terwujudnya Kader penerus Jama’ah yang sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
b.      Misi
1.      Mengembalikan Umat pada Al-Qur’an dan As-Sunnah
2.      Menghidupkan Ruhul Jihad, Ijtihad dan Tajdid
3.      Mewujudkan muwahid, Mujahid, Mujtahid dan Mujadid
c.       Tujuan
Terlaksananya Syari’at Islam berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah secara Kaffah dalam segala Aspek kehidupan.
d.      Program Jihad
1.      Ishlahul Aqidah dengan cara mengkaji Tafsir Qur’an atau Kitab Hadits.
2.      Ishlahul Ibadah dengan cara membasmi bid’ah dan Taqlid, serta membimbing para Kader sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah
3.      Ishlahul Khauluqil Ummat, dengan jalan memperbaiki akhlaq para Kader

C.      Doktrin Jam’iyyah
a.      Mengembalikan Umat kepda Al-Qur’an dan As-Sunnah
Qur’an Surat An-Nisa ayat 59 :
يَـٰۤأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِى ٱلأَْمْرِ مِنْكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلأَْخِرِ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”


b.      Melakukan Amar Ma’ruf Nahyi Munkar
Qur’an Surat Ali Imran ayat 104: 
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَأُولَـٰۤـِٕكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.”
c.       Menghidupkan dan memelihara Ruhul Jihad, Ijtihad dan Tajdid
Upaya memlihara Ruhul Jihad dilaksanakan melaluli pembinaan para Kader Khususnya dan Umat Islam umumnya, melalui kegiatan pendidikan dan dakwah, agar mereka dapat memahami ajaran Islam secara utuh dengan baik dan benar. Kemudian mengamalkannya dalam peri kehidupannya, baik secara fardi atau sendiri-sendiri, maupun dalam kehidupan sebagai sebuah masyarakat. Selain itu mereka juga dimotifasi untuk mengajarkannya, siap membela, mempertahankan Islam dan kaum muslimin dari berbagai tantangan, hambatan dan gangguan musuh-mushnya dengan segala daya kemampuan dan potensi yang dimiliki. Sesuai dengan perintah Allah swt dalam QS At-Taubah ayat 20 :
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَـٰهَدُوا فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمْوَٰلِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِندَ ٱللَّهِۚ وَأُولَـٰۤـِٕكَ هُمُ ٱلْفَآـِٕزُونَ
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.”
Ruhul Jihad dipelihara dan dikembangkan dengan dimotivasi oleh kenyataan bahwa Al-Qur’an dan As-Sunnah yang diwariskan oleh Rasululloh saw ayat-ayat dan Hadits-haditsnya ahkmnya cukup terbatas jumlahnya. Sementara tantangan dan problematika yang terkait dengan perso’alan manusia dan kemanusiaan terus bermunculan dan berkembang dengan pesat dan cepat. Maka daripada itu diperlukan para mujtahid untuk mengerahkan segala daya dan kemampuan, dengan memperhatikan dalil, nash dan kaidah-kaidah umum yang baku untuk memberikan respon dan jawaban terhadap setiap persoalan yang muncul.
Ruhul Tajdid yang diusung bukanlah “Tahdits”  (mengada-ada) atau “Tabdil dan Taghyir” (mengganti atau mengubah), melainkan identik dengan “Ibanah” atau purifikasi, yakni membedakan yang sunnah dan mana yang bid’ah, mana yang tauhid mana yang syirik. “I’adah”memulihkan Islam sesuai dengan aslinya, dan “Ihya” menghidupkan kembali ajaran Islam yang pengamalannya terbengkalai dan terhenti.
d.      Membentuk Ashabun dan Hawarriyun
Pembentukan Ashabun dan Hawariyyun adalah salah satu upaya yang dilakukan agar para Kader dapat bertindak sebagai Da’I atau mubaligh dengan jalan memperdalam dan memperkaya ilmu-ilmu yang berkenaan dengan hokum-hukum syara serta ajaran-ajaran Islam secara utuh, baik dqan benar serta metodologi dakwah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rasululloh saw :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَا مِنْ نَبِىٍّ بَعَثَهُ اللَّهُ فِى أُمَّةٍ قَبْلِى إِلاَّ كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّونَ وَأَصْحَابٌ يَأْخُذُونَ بِسُنَّتِهِ وَيَقْتَدُونَ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِنَّهَا تَخْلُفُ مِنْ بَعْدِهِمْ خُلُوفٌ يَقُولُونَ مَا لاَ يَفْعَلُونَ وَيَفْعَلُونَ مَا لاَ يُؤْمَرُونَ فَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِيَدِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِلِسَانِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِقَلْبِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَيْسَ وَرَاءَ ذَلِكَ مِنَ الإِيمَانِ حَبَّةُ خَرْدَلٍ ». قَالَ أَبُو رَافِعٍ فَحَدَّثْتُهُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ فَأَنْكَرَهُ عَلَىَّ فَقَدِمَ ابْنُ مَسْعُودٍ فَنَزَلَ بِقَنَاةَ فَاسْتَتْبَعَنِى إِلَيْهِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ يَعُودُهُ فَانْطَلَقْتُ مَعَهُ فَلَمَّا جَلَسْنَا سَأَلْتُ ابْنَ مَسْعُودٍ عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ فَحَدَّثَنِيهِ كَمَا حَدَّثْتُهُ ابْنَ عُمَرَ. قَالَ صَالِحٌ وَقَدْ تُحُدِّثَ بِنَحْوِ ذَلِكَ عَنْ أَبِى رَافِعٍ.

“Tidak ada seorang nabipun yang Allah utus kepada umatnya sebelum aku, kecuali ada para pembela dan para sahabat yang menjalankan sunnahnya dan mengikuti perintahnya. Kemudian datang beberapa angkatan (generasi) sesudah mereka mengatakan apa-apa yang tidak mereka perbuat (ilmu tanpa amal), dan mengamalkan apa yang tidak diperintahkan (bid’ah). Maka barangsiapa yang bersungguh-sungguh menyadarkan mereka dengan tangannya (kekuasaan dan wewenang yang ada pada tangannya) makaa ia seorang yang beriman, dan barang siapa yang sungguhn-sungguh bekerja menyadarkan mereka dengan lidahnya (seperti mengajar, bertabligh dan amar ma’ruf nahyi munkar), maka ia adalah orang yang beriman. Dan barang siapa yang bersungguh-sungguh menyadarkan mereka dengan hatinya, maka ia juga termasuk orang yang beriman. Dan selain daripada yang tersebut itu, maka tidak ada pada iman, meskipun sebesar biji sawi.” (HR. Ahmad dan Muslim dari Ibnu Mas’ud, Lihat Shohih Muslim Juz 1)

1 komentar: