Sabtu, 31 Juli 2010

ISTRI SHOLEH, SEBAIK-BAIKNYA PERHIASAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Ketika seseorang laki-laki muslim akan menikah bukanlah sesuatu yang tabu bagi muslim yang sejati untuk mencari pasangan yang sholeh. Oleh karena itu, sangatlah diperlukan usaha bagi seorang laki-laki untuk mendapatkannya.
Disamping semua itu diperlukan beberapa criteria bagi seorang perempuan yang shaleh menurut Al-Qur’an dan Al-Hadits yang ditela’ah oleh para Ulama ahli hadits dan tafsir.
Dengan menyusun makalah ini penulis berharap untuk dapat mengungkap beberapa kajian ulama yang mereka susun dalam karya-karyanya dalam menentukan kriteria istri yang sholeh berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

B.     Rumusan Masalah
Dengan melihat Latar belakang di atas, penulis meyimpulkan rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apa pengertian Istri Shaleh itu ?
2.      Apa dasar hukum Istri yang sholeh itu ?
3.      Apa ciri-ciri Istri yang Shaleh itu ?

C.     Tujuan Masalah
Dengan melihat Latar belakang di atas, penulis meyimpulkan rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui Pengertian Istri yang Shaleh.
2.      Mengetahui dasar hukum tentang istri yang sholeh.
3.      Mengetahui ciri-ciri istri yang shaleh.

D.    Tinjauan Pustaka
Beberapa kajian pustaka yang dilakukan penulis untuk menyelesaikan makalah ini adalah dengan meninjau langsung dari beberapa kajian hadits yang dipandang shohih oleh penulis kemudian menyipulkannya.
Selain daripada itu penulis juga mengambil beberapa kajian pustaka yang diambil dari E-book yang bernama “Al-Makatabah Syamilah” yang didalamnnya terdapat beberapa kajian para ulama yang tentunya membahas tentang istri yang sholeh tentunya berdasarkan dalil yang Qoth’I.
Beberapa website dan Blog yang penulis masukan beberapa kajiannya yang tentunya banyak menjelaskan tentang istri yang shaleh. Dan penulis pun memberikan beberapa pemikiran yang diketahui penulis sesuai dengan apa yang akan dibahaskan didlam makalah ini.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A.    Dasar hukum Istri Sholeh
a.      Dalil Al-Qur’an
QS. 4:34
ãA%y`Ìh9$# šcqãBº§qs% n?tã Ïä!$|¡ÏiY9$# $yJÎ/ Ÿ@žÒsù ª!$# óOßgŸÒ÷èt/ 4n?tã <Ù÷èt/ !$yJÎ/ur (#qà)xÿRr& ô`ÏB öNÎgÏ9ºuqøBr& 4 àM»ysÎ=»¢Á9$$sù ìM»tGÏZ»s% ×M»sàÏÿ»ym É=øtóù=Ïj9 $yJÎ/ xáÏÿym ª!$# 4 ÓÉL»©9$#ur tbqèù$sƒrB  Æèdyqà±èS  ÆèdqÝàÏèsù £`èdrãàf÷d$#ur Îû ÆìÅ_$ŸÒyJø9$# £`èdqç/ÎŽôÑ$#ur ( ÷bÎ*sù öNà6uZ÷èsÛr& Ÿxsù (#qäóö7s? £`ÍköŽn=tã ¸xÎ6y 3 ¨bÎ) ©!$# šc%x. $wŠÎ=tã #ZŽÎ6Ÿ2 ÇÌÍÈ
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri[1] ketika suaminya tidak ada, oleh Karena Allah Telah memelihara (mereka)[2]. wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya[3], Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya[4]. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.”
[1]  Maksudnya: tidak berlaku curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya.
[2]  Maksudnya: Allah Telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli isterinya dengan baik.
[3]  Nusyuz: yaitu meninggalkan kewajiban bersuami isteri. nusyuz dari pihak isteri seperti meninggalkan rumah tanpa izin suaminya.
[4]  Maksudnya: untuk memberi peljaran kepada isteri yang dikhawatirkan pembangkangannya haruslah mula-mula diberi nasehat, bila nasehat tidak bermanfaat barulah dipisahkan dari tempat tidur mereka, bila tidak bermanfaat juga barulah dibolehkan memukul mereka dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas. bila cara pertama Telah ada manfaatnya janganlah dijalankan cara yang lain dan seterusnya.
QS. 24:26

àM»sWÎ7sƒø:$# tûüÏWÎ7yù=Ï9 šcqèWÎ7yø9$#ur ÏM»sWÎ7yù=Ï9 ( àM»t6Íh©Ü9$#ur tûüÎ6Íh©Ü=Ï9 tbqç7ÍhŠ©Ü9$#ur ÏM»t6Íh©Ü=Ï9 4 y7Í´¯»s9'ré& šcrâ䧎y9ãB $£JÏB tbqä9qà)tƒ ( Nßgs9 ×otÏÿøó¨B ×-øÍur ÒOƒÌŸ2 ÇËÏÈ
Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)[1].

[1]  ayat Ini menunjukkan kesucian 'Aisyah r.a. dan Shafwan dari segala tuduhan yang ditujukan kepada mereka. Rasulullah adalah orang yang paling baik Maka Pastilah wanita yang baik pula yang menjadi istri beliau.
QS. 25:74
tûïÏ%©!$#ur šcqä9qà)tƒ $oY­/u ó=yd $oYs9 ô`ÏB $uZÅ_ºurør& $oYÏG»­ƒÍhèŒur no§è% &úãüôãr& $oYù=yèô_$#ur šúüÉ)­FßJù=Ï9 $·B$tBÎ) ÇÐÍÈ
Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (Kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
QS. 66 : 5
4Ó|¤tã ÿ¼çmš/u bÎ) £`ä3s)¯=sÛ br& ÿ¼ã&s!Ïö7ム%¹`ºurør& #ZŽöyz £`ä3YÏiB ;M»uHÍ>ó¡ãB ;M»uZÏB÷sB ;M»tFÏZ»s% BM»t6Í´¯»s? ;NºyÎ7»tã ;M»ysÍ´¯»y ;M»t6ÍhŠrO #Y%s3ö/r&ur ÇÎÈ
 Jika nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan.

b.      Dalil As-Sunnah
أَبُو يَعْلَى الْمُوصِلِيُّ : حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ بْنِ الْبَخْتَرِيِّ الْوَاسِطِيُّ أَبُو عَبْدِ الله الْمَكْفُوفُ ، قَالَ : حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ ، أَنْبَأَنَا عَبْدُ الرَّحِيمِ بْنُ زَيْدٍ الْعَمِيُّ ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ : أَنّ رَسُولَ الله صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم ، قَالَ : مَنْ تَزَوَّجَ فَقَدْ أُعْطِيَ نِصْفَ الْعِبَادَةِ.
Dari anas bin malik ; bahwsannya Rasululloh saw telah bersabda : “Barangsiapa telah menikah maka sungguh telah dita’atinya setengah dari ibadah”
3078/2- رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ فِي الأَوْسَطِ ، وَالْحَاكِمُ ، وَعَنْهُ الْبَيْهَقِيُّ ، وَلَفْظُهُ : مَنْ رَزَقَهُ الله امْرَأَةً صَالِحَةً فَقَدْ أَعَانَهُ الله عَلَى شَطْرِ دِينِهِ ، فَلْيَتَّقِ الله فِي الشَّطْرِ الْبَاقِي.
Diriwayatkan oleh Thabrani dalam Al-Ausath, dan hakim dan daripadanya Al-Baihaqi, dan dalam lafadznya : “Barangsiapa yang telah Allah rizkikan seorang istri yang sholeh, maka sungguh Allah telah menyelamatkannya atas syarat agama-Nya, maka bertaqwalah (ta’at) dalam syarat yang telah tetap”
3078/3- وَفِي رِوَايَةِ الْبَيْهَقِيِّ : إِذَا تَزَوَّجَ الْعَبْدُ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ نِصْفَ الدِّينِ ، فَلْيَتَّقِ الله فِي النِّصْفِ الْبَاقِي.
وَقَالَ الْحَاكِمُ : صَحِيحُ الإِسْنَادِ ، وَلَيْسَ كَمَا زُعِمَ ، لِضَعْفِ عَبْدِ الرَّحِيمِ بْنِ زَيْدٍ وَأَبِيهِ.[1]
Dan dalam riwayat Baihaqi : “apabila seorang hamba telah menikah maka sungguh ia telah menyempurnakan setengah dari agama, maka bertaqwalah (ta’at) kepada Allah dalam setengah ketetapan.”

حدثنا هشام بن عمار . حدثنا عيسى بن يونس . حدثنا عبد الرحمن بن زياد بن أنعم عن عبد الله بن يزيد عن عبد الله بن عمرو
 : - أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال ( إنما الدنيا متاع . وليس من متاع الدنيا شيء أفضل من المرأة الصالحة )
Dari Abdullah bin Umar : “Bahwa Rasululloh saw telah berkata (sesungguhnya dunia itu perhiasan, dan tidak ada sesuatupun dari perhiasan dunia yang lebih utama dari istri yang shaleh)”
 [ ش ( متاع ) أي محل للاستمتاع . لا مطلوبة بالذات ] .
قال الشيخ الألباني : صحيح[2]

حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَعْلَى الْمُحَارِبِىُّ حَدَّثَنَا أَبِى حَدَّثَنَا غَيْلاَنُ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ إِيَاسٍ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الآيَةُ (وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ) قَالَ كَبُرَ ذَلِكَ عَلَى الْمُسْلِمِينَ فَقَالَ عُمَرُ - رضى الله عنه أَنَا أُفَرِّجُ عَنْكُمْ. فَانْطَلَقَ فَقَالَ يَا نَبِىَّ اللَّهِ إِنَّهُ كَبُرَ عَلَى أَصْحَابِكَ هَذِهِ الآيَةُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ اللَّهَ لَمْ يَفْرِضِ الزَّكَاةَ إِلاَّ لِيُطَيِّبَ مَا بَقِىَ مِنْ أَمْوَالِكُمْ وَإِنَّمَا فَرَضَ الْمَوَارِيثَ لِتَكُونَ لِمَنْ بَعْدَكُمْ ». فَكَبَّرَ عُمَرُ ثُمَّ قَالَ لَهُ « أَلاَ أُخْبِرُكَ بِخَيْرِ مَا يَكْنِزُ الْمَرْءُ الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهُ وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهُ ».[3]
Rasululloh saw bersabda : sesungguhnya Allah tidak mewajibkan Zakat kecuali untuk mensucikan apa yang telah ditetapkan dari harta-hartamu dan sesungguhnya tidaklah  apa-apa yang telah diwajibkan dari warits diperuntukan bagi siapa saja sesudah kalian. Maka umar bertabir kemudian beliau bersabda padanya : Ingatlah telah dikhabarkan kepdamu dengan kebaikan apa-apa yang sedang disimpan sorang laki-laki adalah istri yang sholeh apabila ia melihat kepadanya menggembirakannya dan apabila ia memerintahkannya dita’atinya dan apabila dan apabila ia pergi darinya ia menjaganya.
حَدَّثَنَا رَوْحٌ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي حُمَيْدٍ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ سَعَادَةِ ابْنِ آدَمَ ثَلَاثَةٌ وَمِنْ شِقْوَةِ ابْنِ آدَمَ ثَلَاثَةٌ مِنْ سَعَادَةِ ابْنِ آدَمَ الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ وَالْمَسْكَنُ الصَّالِحُ وَالْمَرْكَبُ الصَّالِحُ وَمِنْ شِقْوَةِ ابْنِ آدَمَ الْمَرْأَةُ السُّوءُ وَالْمَسْكَنُ السُّوءُ وَالْمَرْكَبُ السُّوءُ[4]
Telah bersabda Rasululloh saw : dari yang membahagiakan anak adam itu ada 3 dan dari yang mencelakakan anak adam itu ada 3, dari yang membahagiakan anak adam adalah istri yang sholeh dan menetapkan tempat/waktu yang sholeh dan waktu/tempat menunggang yang sholeh, dan dari yang mencelakakan anak adam adalah kejelekan istri, dan kejelekan waktu/tempat penetapan dan kejelekan waktu/tempat menunggang.
أخبرنا أبو عمر الرزجاهي أنبأ أبو بكر الإسماعيلي أخبرني الفضل بن الحباب ثنا بن كثير ثنا سفيان عن منصور عن مجاهد عن بن عباس : في قوله عز و جل { ولا جناح عليكم فيما عرضتم به من خطبة النساء } إني أريد أن أتزوج إني أريد أن أتزوج قال البخاري قال لي طلق ثنا زائدة عن منصور عن مجاهد عن بن عباس فيما عرضتم به يقول إني أريد التزويج ولوددت أن تتيسر لي امرأة صالحة [5]









Wasiat Rasululloh saw  kepada perempuan:

وَحَدَّثَنِى حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِى يُونُسُ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ حَدَّثَنِى ابْنُ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ الْمَرْأَةَ كَالضِّلَعِ إِذَا ذَهَبْتَ تُقِيمُهَا كَسَرْتَهَا وَإِنْ تَرَكْتَهَا اسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَفِيهَا عِوَجٌ ».[6]
Telah bersabda Rasululloh saw : “seseungguhnya seorang istri itu seperti tulang rusuk, apabila kamu mencoba meluruskannya maka kamu mematahkannya dan bila kamu membiarkannya ia maka ia akan tetap bengok”

وَحَدَّثَنِيهِ زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ كِلاَهُمَا عَنْ يَعْقُوبَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ بْنِ سَعْدٍ عَنِ ابْنِ أَخِى الزُّهْرِىِّ عَنْ عَمِّهِ بِهَذَا الإِسْنَادِ. مِثْلَهُ سَوَاءً.[7]

حَدَّثَنَا عَمْرٌو النَّاقِدُ وَابْنُ أَبِى عُمَرَ - وَاللَّفْظُ لاِبْنِ أَبِى عُمَرَ - قَالاَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَبِى الزِّنَادِ عَنِ الأَعْرَجِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ لَنْ تَسْتَقِيمَ لَكَ عَلَى طَرِيقَةٍ فَإِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَبِهَا عِوَجٌ وَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهَا كَسَرْتَهَا وَكَسْرُهَا طَلاَقُهَا ».[8]
Dari Abi Hurairoh ia berkata : telah bersabda Rasululloh saw : “Sesungghnya perempuan itudiciptakan dari tulang rusuk jangan kamu uruskan atas sebuah jalan, apabila kamu membiarkannya ia akan tetap begitu dan dia itu bengkok dan bila kamu meluruskannya kamu akan menghancurkannya dan menghancurkannya itu adalah menthalaqnya”

وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ عَلِىٍّ عَنْ زَائِدَةَ عَنْ مَيْسَرَةَ عَنْ أَبِى حَازِمٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَإِذَا شَهِدَ أَمْرًا فَلْيَتَكَلَّمْ بِخَيْرٍ أَوْ لِيَسْكُتْ وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَىْءٍ فِى الضِّلَعِ أَعْلاَهُ إِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا ».[9]
Dari Abi Hurairoh ia berkata : telah bersabda Rasululloh saw : “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari qiyamat, maka apabila satu urusan telah disaksikan maka berkatalah dengan perkataa yang baik, atau diam dan berbuat baiklah kepada perempuan karena sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk dan sesungguhnya sesuatu yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah yang paling atas jika kamu mencoba meluruskannya maka kamu akan mematahkannya dan jika kamu membiarkannya tidak akan merubah karena bengkoknya, berbuat baiklah kepada perempuan dengan baik”

وَحَدَّثَنِى إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى الرَّازِىُّ حَدَّثَنَا عِيسَى - يَعْنِى ابْنَ يُونُسَ - حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ أَبِى أَنَسٍ عَنْ عُمَرَ بْنِ الْحَكَمِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لاَ يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِىَ مِنْهَا آخَرَ ». أَوْ قَالَ « غَيْرَهُ ».[10]
Dari abi hurairoh ia berkata telah bersabda Rasululloh saw : Tidak boleh seorang mu’min membenci mu’minah, jika membenci darinya akhlaqnya ridhokanlah yang lainnya, atau bersabda “yang lainnya”.

وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا عِمْرَانُ بْنُ أَبِى أَنَسٍ عَنْ عُمَرَ بْنِ الْحَكَمِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- بِمِثْلِهِ.[11]


BAB III
PEMBAHASAN
A.    Tinjauan para Ulama dan Fatwa terhadap Istri yang Shaleh
a.      Ibnu Taimiyah
. فَإِنَّ الْمَرْأَةَ الصَّالِحَةَ تَكُونُ فِي صُحْبَةِ زَوْجِهَا الرَّجُلِ الصَّالِحِ سِنِينَ كَثِيرَةً , وَهِيَ مَتَاعُهُ الَّذِي قَالَ فِيهَا رَسُولُ اللَّهِ : { الدُّنْيَا مَتَاعٌ , وَخَيْرُ مَتَاعِهَا الْمَرْأَةُ الْمُؤْمِنَةُ ,إنْ نَظَرْت إلَيْهَا أَعْجَبَتْك وَإِنْ أَمَرْتهَا أَطَاعَتْك وَإِنْ غِبْت عَنْهَا حَفِظَتْك فِي نَفْسِهَا وَمَالِك } . وَهِيَ الَّتِي أَمَرَ بِهَا النَّبِيُّ فِي قَوْلِهِ لَمَّا سَأَلَهُ الْمُهَاجِرُونَ أَيُّ الْمَالِ نَتَّخِذُ فَقَالَ : { لِسَانًا ذَاكِرًا وَقَلْبًا شَاكِرًا أَوْ امْرَأَةً صَالِحَةً تُعِينُ أَحَدَكُمْ عَلَى إيمَانِهِ } رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ , مِنْ حَدِيثِ سَالِمِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ , عَنْ ثَوْبَانَ . وَيَكُونُ مِنْهَا مِنْ الْمَوَدَّةِ وَالرَّحْمَةِ مَا امْتَنَّ اللَّهُ تَعَالَى بِهَا فِي كِتَابِهِ.[12]
Maka sesungguhnya istri yang shaleh itu keadaannya bersahabat dengan  suaminya seseorang laki-laki shaleh, Yaitu yeng menjadi perhiasaannya telah bersabda Rasululloh saw didalamnya: “dunia itu perhiasan dan sebaik-baiknya perhiasan itu adalah istri yang shaleh, jika ia melihat kepadanya menggebirakanmu dan jika disuruhnya ia menta’atimu dan jika kamu pergi darinya ia menjaga dirinya dan hartamu”. Yaitu yang menyuruhnya Nabi saw dalam sabdanya ketika ditanyakannya kepada orang-orang yang berhijrah, harta siapa yang yang  kau bawa, maka beliau bersabda : “ucapan yang selalu berdzikir, dan hari yang selalu bersyukur, atau istri yang sholeh menyelamatkan imannya salah seorang diantara kalian” riwayat Tirmidzi, dari salim bin abi Ja’d, dari saubah dan keadaan darinyadari mawadah dan Rahmah apa-apa yang Allah ta’ala diberikannya dalam kitabnya.

فَيَكُونُ أَلَمُ الْفِرَاقِ أَشَدَّ عَلَيْهَا مِنْ الْمَوْتِ أَحْيَانًا وَأَشَدَّ مِنْ ذَهَابِ الْمَالِ وَأَشَدَّ مِنْ فِرَاقِ الْأَوْطَانِ ؛ خُصُوصًا إنْ كَانَ بِأَحَدِهِمَا عِلَاقَةٌ مِنْ صَاحِبِهِ أَوْ كَانَ بَيْنَهُمَا أَطْفَالٌ يَضِيعُونَ بِالْفِرَاقِ وَيَفْسُدُ حَالُهُمْ ثُمَّ يُفْضِي ذَلِكَ إلَى الْقَطِيعَةِ بَيْنَ أَقَارِبِهَا وَوُقُوعِ الشَّرِّ لَمَّا زَالَتْ نِعْمَةُ الْمُصَاهَرَةِ الَّتِي امْتَنَّ اللَّهُ تَعَالَى بِهَا فِي قَوْلِهِ : { فَجَعَلَهُ نَسَبًا وَصِهْرًا } وَمَعْلُومٌ أَنَّ هَذَا مِنْ الْحَرَجِ الدَّاخِلِ فِي عُمُومِ قَوْلِهِ : { وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ } وَمِنْ الْعُسْرِ الْمَنْفِيِّ بِقَوْلِهِ : { يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ }[13]

b.      Fatwa-fatwa:
إنني عابدة ومؤمنة أصوم وأصلي وأقرأ بعض الكتب الدينية؛ وبعد ثلاث سنوات استشهد زوجي وهو ضابط ورضيت بما قدره الله لي في هذا المصاب، وبدأت أقرأ في بعض الكتب الدينية فوجدت أن هناك مدة للحزن على الزوج وهي أربعة أشهر وعشرة أيام مع أن مدة استشهاد زوجي حاليًا ثلاثة أشهر؛ فما هي المدة الصحيحة للحداد على الزوجة التي توفي عنها ؟
أما ما ذكرت من أنك امرأة صالحة وأن زوجك رجل صالح واستشهد فهذا ما نرجوه إن شاء الله للجميع أن يثبت الله الحي على الدين، وأن يغفر للميت المسلم، وما سألت عنه من إحداد المرأة المتوفى عنها زوجها كم مدته ؟ فالله سبحانه وتعالى يقول : { وَالَّذِينَ يُتَوَفَّوْنَ مِنكُمْ وَيَذَرُونَ أَزْوَاجًا يَتَرَبَّصْنَ بِأَنفُسِهِنَّ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا } [ سورة البقرة : آية 234 ] ، فعليك أن تتعدي بأربعة أشهر وعشرة أيام عدة الوفاة .[14]
سؤال رقم 10376- هل الرجل الصالح لا يتزوج إلا امرأة صالحة[15] ؟
سمعت أن كل إنسان يأخذ من يستحق ( زوج أو زوجة ) فإن كان صالحاً كان زوجه صالحاً ولم أجد أي حديث عن هذا الموضوع فما قولكم في ذلك ؟
سمعت أيضاً أنه إذا زنى المرء فإنه يعاقب بأن إحدى نساء قرابته ترتكب الزنا فهل هذا صحيح ؟
كثير من الشباب المسلم يبحث عن شريك في الحرام فهل أخبرهم أن التقي ينال تقياً إلا إذا ابتلاه الله .
الحمد لله
أولاً :
ما سمعتَه من أن الإنسان يتزوج من يستحق ويشابهه
في الصلاح والفساد غير صحيح ، ويدل على ذلك :
1- ما حكاه الله تعالى عن
نبيين كريمين من أنبيائه وهما نوح ولوط عليهما السلام أن زوجتيهما كانتا كافرتين،
قال الله تعالى : ( ضَرَبَ اللَّهُ
مَثَلا لِلَّذِينَ كَفَرُوا اِمْرَأَةَ نُوحٍ وَاِمْرَأَةَ لُوطٍ كَانَتَا تَحْتَ
عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا
عَنْهُمَا مِنْ اللَّهِ شَيْئًا وَقِيلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِينَ ) التحريم/10 .
2- أن الشرع نهى عن تزويج
الزاني من العفيفة ، ونهى العفيف عن التزوج من زانية ، وهو يدل على إمكان وقوع ذلك
، بل قد وقع مثل هذا كثيراً .
قال الله تعالى : { الزَّانِي لا يَنْكِحُ إِلا
زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً وَالزَّانِيَةُ لا يَنْكِحُهَا إِلا زَانٍ أَوْ مُشْرِكٌ
وَحُرِّمَ ذَلِكَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ } النور / 3 .
3- إخبار النبي صلى الله
عليه وسلم أن المرأة قد تُزوج لمالها ولجمالها ولحسبها ولدينها ، وترغيبه صلى الله
عليه وسلم بالتزوج من ذات الدين يدل أنه قد يقع غيره ، فيتزوج الرجل ممن لا يماثله
.
عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله
عليه وسلم قال : " تُنكح المرأة لأربع : لمالها ، ولحسبها ، وجمالها ، ولدينها ،
فاظفر بذات الدين تربت يداك " .
رواه البخاري ( 4802 ) ومسلم ( 1466 ) .
4- أمر النبي صلى الله
عليه وسلم الأولياء بتزويج مولياتهم من أهل الدين يدل على أنه قد يقع خلافه .
عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه
وسلم : " إذا خطب إليكم من ترضون دينه وخلقه فزوجوه إلا تفعلوا تكن فتنة في الأرض
وفساد عريض " .
رواه الترمذي ( 1084 ) وابن ماجه ( 1967 ) . وصححه الألباني في
"السلسلة الصحيحة" ( 1022 ).
فعلى من يبحث عن زوجة أن يبحث عن صاحبة الدين
والخلق ، وكذلك على أولياء المرأة أن لا يزوجوها إلا من صاحب الدين . فإن الإنسان
يكتسب من أخلاق من يصاحبه ، لا سيما مع طول الصحبة . وقد قال النبي صلى الله عليه
وسلم عليه وسلم : (الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ
يُخَالِلُ) رواه الترمذي (2378) وحسنه الألباني في صحيح الترمذي (1937) .
( الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ ) أَيْ عَلَى
عَادَةِ صَاحِبِهِ وَطَرِيقَتِهِ وَسِيرَتِهِ (فَلْيُنْظَرْ) أَيْ فَلْيَتَأَمَّلْ
وَلْيَتَدَبَّرْ (مَنْ يُخَالِلْ) مِنْ الْمُخَالَّةِ وَهِيَ الْمُصَادَقَةُ
وَالإِخَاءُ , فَمَنْ رَضِيَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ خَالَلَهُ وَمَنْ لا تَجَنُّبُهُ ,
فَإِنَّ الطِّبَاعَ سَرَّاقَةٌ وَالصُّحْبَةُ مُؤَثِّرَةٌ فِي إِصْلاحِ الْحَالِ
وَإِفْسَادِهِ . قَالَ الْغَزَالِيُّ : مُجَالَسَةُ الْحَرِيصِ وَمُخَالَطَتُهُ
تُحَرِّكُ الْحِرْصَ وَمُجَالَسَةُ الزَّاهِدِ وَمُخَالَلَتُهُ تُزْهِدُ فِي
الدُّنْيَا ; لأَنَّ الطِّبَاعَ مَجْبُولَةٌ عَلَى التَّشَبُّهِ وَالاقْتِدَاءِ
بَلْ الطَّبْعُ يَسْرِقُ مِنْ الطَّبْعِ مِنْ حَيْثُ لا يَدْرِي اهـ من تحفة
ألأحوذي .
ثانياً :
أما بالنسبة للزاني فإنه قد يعاقب في أهله ، وقد
روي في ذلك حديث لكنه موضوع ، وقد يصح معناه ، وقد ذكرناه مع التعليق عليه في جواب
السؤال رقم ( 22769 ) فليراجع .
والله أعلم .
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه، أما بعد[16]:
فإن كانت هذه المرأة امرأة صالحة وعلى دين وخلق فننصحك بالمبادرة إلى الزواج منها، فقد قال صلى الله عليه وسلم: فاظفر بذات الدين تربت يداك . رواه البخاري ومسلم، وكون أمها على خلق سيء ليس بمانع من أن تكون بنتها زوجة لك، بل الزواج بمثلها فيه ما فيه من البر والإحسان إليها بإبعادها عن هذه الأم التي قد تؤثر على أخلاق ابنتها، وتراجع الفتوى رقم: 20022 .
وإذا تزوجتها وخشيت عليها الضرر بزيارتها لوالدتها أو زيارة والدتها لها فلك الحق في منع ذلك كله، وتجب عليها طاعتك فيه، وأما إذا أمنت الضرر في ذلك فالأولى عدم المنع، ولا سيما إن كنت ترجو بذلك إصلاحا لأمها وتأثيرا عليها.
وننبه إلى أن الواجب بذل النصح لهذه المرأة التي تمارس هذه المنكرات دون علم زوجها، وتوخي الحكمة والموعظة الحسنة، فإن انتهت فبها ونعمت، وإن أصرت فينبغي تهديدها بإطلاع زوجها على أمرها.
والله أعلم.
رقم الفتوى 64438 الأصل أن يخطب الإنسان امرأة صالحة[17]:
تاريخ الفتوى : 30 جمادي الأولى 1426
السؤال
أنا مسلم ملتزم أعيش في فرنسا منذ سنين وأنا أعزب أسألكم فيما يخص الزواج في فرنسا بامرأة فرنسية يعني امرأة غارقة في الثقافة الفرنسية ولا تفهم من الإسلام إلا اسمه أو بعض العادات والتقاليد، لابد من تقدير العواقب والآثار لهذا لأنها تابعة للأسباب والظروف.
الفتوى
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه، أما بعد:
فالأصل جواز الزواج من كل امرأة مسلمة أو كتابية، لكن ينبغي اختيار ذات الدين والخلق لأنها الحريصة على عرضها وعرض زوجها وماله وتنشئة الأولاد تنشئة صحيحة بخلاف غيرها من الفاسقات.
هذا وقد أرشد النبي صلى الله عليه وسلم إلى ذات الدين بقوله: تنكح المرأة لأربع: لمالها ولجمالها ولحسبها ولدينها، فاظفر بذات الدين تربت يداك . متفق عليه.
وبناء عليه، فالواضح من صفات هذه المرأة التي ذكرت أنها غير دينة، وإن كانت كذلك فالأولى تجنبها، والبحث عن امرأة صالحة تأمل فيها المحافظة على الدين والعرض وغرس الإسلام وآدابه بأولادك إن رزقك الله تعالى بهم.
المفتي: مركز الفتوى بإشراف د.عبدالله الفقيه
فتاوى ذات صلة
يجوز أن يتزوج الرجل ممن باشرها فيما دون الزنا
اظفر بذات الدين
لا يجوز للمرأة أن تبقى على ذمة زوجها إذا كان لا يؤدي الصلا ة
المزيد
مقالات ذات صلة
اختيار الزوجة
من أنواع الأزواج
أساليب عملية في حل الخلافات الزوجية
المزيد
64439
المعاريض ليست من الكذب
الفهرس » الآداب والأخلاق والرقائق » الأخلاق (1062)

B.     Tinjauan Al-Qur’an dan As-Sunnah mengenai istri Shaleh
QS At-Tiin:4 yang artinya : ‘’Sesungguhnya Kami (Allah) telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
Allah tidak akan menciptakan makhluknya dalam keadaan sia-sia apalagi manusia. Manusia adalah makhluk Allah yang paling tinggi derajatnya dibandingkan makhluk ciptaan Allah yang lainnya. Semua yang ada pada diri manusia ini telah Allah ciptakan dalam sebaik-baiknya bentuk dan rupa dan yang terpenting penuh manfaat. Kita bisa lihat sendirikan hasilnya, begitu indah Allah menciptakan diri kita, teman-teman kita, saudara-saudara kita, segalanya.
”Sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah wanita solehah…”
“Sebaik-baiknya perempuan adalah jika engkau memandangnya, ia menyenangkanmu, jika engkau disuruh ia menaatimu dan jika engkau bepergian, ia menjaga kehormatan dirinya dan hartamu ”.
Cantik disini tidak hanya bersifat fisik saja, jelas sudah tertulis pada hadis diatas terkhusus bagi  wanita muslim bahwa sebaik-baiknya wanita adalah wanita solehah. Wanita solehah itu seperti apa? Wanita soleha itu adalah wanita yang selalu menjaga dirinya dari perbuatan-perbuatan  maksiat, wanita yang selalu menutup auratnya. Bila dia telah bersuami, wanita soleha adalah wanita yang selalu menyenangkan bila dipandang (tentunya tampil cantik dan bersih), selalu menggembirakan bila diajak bicara (bukan yang selalu marah, jutek, marah tanpa alasan), jika disuruh suami selalu mentaati (asal yang baik-baik sesuai dengan ajaran Islam) dan menjaga diri sendiri  dan harta suami bila suami sedang tidak ada disisi, dengan maksud wanita harus pandai mengelola keuangan keluarga (bukan belanjaan yang tidak jelas larinya) dan pandai menjaga diri terutama dalam bersikap dan bertingkah laku jangan sampai menimpulkan fitnah. Kecantikan hakiki adalah wanita yang solehah.
Syukuri Kesempurnaan
  • QS Ibrahim : 7 yang artinya “Dan (ingatlah juga, tatkala Tuhanmu memaklumkan; Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih ”
Untuk merasakan betapa besarnya nikmat Allah kuncinya adalah syukur.  Bagaimana  caranya mensyukuri nikmat ini ?,:
1. Menerima / mensyukuri apa-apa yang melekat pada diri kita.
Apa yang ada dan melekat didiri ini harus kita syukuri, kulit yang mulus dan putih, badan tinggi semampai, mata indah bola, hidung mancung, senyum manis. Walaupun kita tidak seperti ini kita juga harus bersyukur, sekalipun kita juga dalam kekurangan secara fisik tetap harus bersyukur karena ingat Allah tak akan menciptakan segala sesuatu dalam keadaan sia-sia. Kekurangan bagi kita tidak bagi Allah, siapa tahu ini merupakan wujud cinta Allah kepada kita.
2. Merawat kecantikan (wajah, tubuh, rambut dll) dan menjaga kesehatan jasmani.
Seseorang yang dikatakan bersyukur bila dia menjaga dan merawat sebaik-baiknya apa yang telah diberikan kepadanya. Begitu juga kita bila kita ingin menjadi makhluk yang selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan, kita harus menjaga  baik itu berupa kesehatan maupun kecantikkan. Merawat kecantikan dapat meliputi : menjaga kesehatan, perhatikan berat tubuh ideal, perhatikan kesehatan kulit : tubuh dan wajah, perhatikan bagian-bagian kecil tubuh, seperti kuku, telinga, hidung dll, perhatikan bau aroma tubuh, dan ibadah.
3. Menghias / memperindah kecantikan diri
Setelah dijaga dan dirawat bila rasa syukur itu sangat besar maka pastilah kita ingin mempercantiknya diri kita, tetapi ingat harus sesuai dengan batasan-batasannya.
Perhiasan Muslimah
  1. Perhiasan Kepribadian
QS Ibrahim : 24-25
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik, seperti pohon yang baik, akarnya (keimanan/aqidah) teguh dan cabangnya (ibadahnya) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan –perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. ”
Kebaikan adalah akhlak yang baik…(HR Muslim)
  1. Keindahan Spritual
  2. Keindahan Emosional
  3. Keindahan Intelektual
  4. Perhiasan Yang Diusahakan
QS Al-Ahzab : 33, yang artinya “dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu”
  • Perhiasan wajah
“ Wewangian laki-laki adalah yang tampak jelas baunya dan tersembunyi warnanya dan wewangian perempuan adalah apa yang tampak warnanya dan tersembunyi baunya” (HR Tirmidzi)
  • Perhiasan telapak tangan : inai, cincin, gelang
  • Perhiasan pakaian
  1. Perhiasan Pakaian
QS An-Nur : 31, yang artinya “Katakanlah kepada wanita yang beriman : hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) Nampak daripadanya (muka dan telapak tangan). Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah…”
Syarat pakaian muslimah :
  • Menutupi seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan
  • Tidak ketat atau memperlihatkan bentuk tubuh
  • Tidak transparan
Perhiasan yang membahayakan tidak sesuai dengan syariah, maksudnya:
  • Mendatangkan fitnah : wewangian yang mencolok, terbukanya aurat
  • Jalan menuju kerusakan : dari segi pakaian atau make-up
  • Riya dan sombong
  • Hilangnya kepribadian muslimah
Kedudukan Istri Shalehahh
Kecenderungan manusia adalah mempunyai sifat serakah. Manusia tercipta dengan sifat yang tidak pernah merasa puas. Manusia cenderung ingin memiliki kekayaan yang sebanyak-banyaknya, bahkan kalau bisa seisi dunia ini dikuasainya.
Dunia beserta isinya inilah yang diibaratkan perhiasan yang sangat menarik yaitu sesesuatu barang yang diminati untuk dimiliki dan dinikmati banyak orang. Dan seeorang laki-laki juga menyukai perhiasan yang indah. Namun semua keindahan dunia ini tiada taranya dibanding dengan istri yang shalehahh. Mengenai kedudukan wanita shalehah ini diibaratkan sebagai berikut : ”Dunia semuanya merupakan perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah wanita (istri) yang shalehah.”(HR. Muslim)
Istri yang paling baik
Sebaik-baik istri dalam pandangan Islam adalah istri yang dapat memelihara kehormatan dirinya dan mentaati suaminya. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa, ”Sebaik-baiknya wanita ialah yang memelihara kehormatan lagi penurut.” ( HR. Anas ra)

 Istri yang baik dalam membelanjakan harta suami
Seorang istri yang membelanjakan harta milik suami dengan baik, tidak boros, tetapi tidak kikir. Hendaknya berlaku hemat dan hanya mengeluarkan untuk hal-hal yang bermanfaat, maka dia akan memperoleh pahala di sisi Allah SWT. Pahala serupa akan diperoleh suami yang telah berupaya mencari nafkah memenuhi kebutuhan keluarganya.
“Apabila seorang istri membelanjakan sebagian dari harta suamimu tanpa menimbulkan kerusakan, ia mmperoleh pahala dari belanjanya itu, dan bagi suaminya oun pahala karena dia telah mengupayakannya dan pahala bagi bendaharanya, pahala sebagian diantara mereka tidaklah mengurang pahala sebagian yang lain sedikitpun.” ( HR. Siti Aisyah ra)
Istri yang dijamin masuk surga
Seorang istri akan masuk surga bila taat kepada Allah dan suaminya. Taat kepada Allah diantaranya ialah mengerjakan shalat wajib yang lima waktu dan mengerjakan puasa di bulan Ramadhan seerta memelihara kehormatan dirinya.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa : ”Apabila seorang istri mengerjakan shalat lima waktu, mengerjakan shaum sebulan di bulan Ramadhan dan memelihara kehormatan dirinya serta mentaati suaminya, niscaya ia masuk surga.” ( HR. Anas )
Demikianlah beberapa petunjuk dan pedoman yang telah diajarkan Rasulullah saw kepada kita untuk dijadikan acuan. Memiliki istri yang shalehah sangatlah tergantung kepada suaminya, sejauh mana suami berupaya mempersiapkan hal tersebut. Hal ini harus dimulai saat memilih calon istri. Selanjutnya tergantung suami untuk mendidiknya sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya.
Ciri ciri wanita sholeh

Tidak banyak syarat yang dikenakan oleh Islam untuk seseorang wanita untuk menerima gelar solehah, dan seterusnya menerima pahala syurga yang penuh kenikmatan dari Allah s.w.t.

Mereka hanya perlu memenuhi 2 syarat saja yaitu[18]:
1. Taat kepada Allah dan RasulNya
2. Taat kepada suami

Perincian dari dua syarat di atas adalah sebagai berikut:

1. Taat kepada Allah dan RasulNya

Bagaimana yang dikatakan taat kepada Allah s.w.t. ?
- Mencintai Allah s.w.t. dan Rasulullah s.a.w. melebihi dari segala-galanya.
- Wajib menutup aurat
- Tidak berhias dan berperangai seperti wanita jahiliah
- Tidak bermusafir atau bersama dengan lelaki dewasa kecuali ada bersamanya
- Sering membantu lelaki dalam perkara kebenaran, kebajikan dan taqwa
- Berbuat baik kepada ibu & bapa
- Sentiasa bersedekah baik dalam keadaan susah ataupun senang
- Tidak berkhalwat dengan lelaki dewasa
- Bersikap baik terhadap tetangga

2. Taat kepada suami

- Memelihara kewajipan terhadap suami
- Sentiasa menyenangkan suami
- Menjaga kehormatan diri dan harta suaminya selama suami tiada di rumah.
- Tidak cemberut di hadapan suami.
- Tidak menolak ajakan suami untuk tidur
- Tidak keluar tanpa izin suami.
- Tidak meninggikan suara melebihi suara suami
- Tidak membantah suaminya dalam kebenaran
- Tidak menerima tamu yang dibenci suaminya.
- Senantiasa memelihara diri, kebersihan fisik & kecantikannya serta rumah tangga





BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A.    Simpulan
·         Pengertian Istri yang Shaleh.
Wanita soleha itu adalah wanita yang selalu menjaga dirinya dari perbuatan-perbuatan  maksiat, wanita yang selalu menutup auratnya. Bila dia telah bersuami, wanita soleha adalah wanita yang selalu menyenangkan bila dipandang (tentunya tampil cantik dan bersih), selalu menggembirakan bila diajak bicara (bukan yang selalu marah, jutek, marah tanpa alasan), jika disuruh suami selalu mentaati (asal yang baik-baik sesuai dengan ajaran Islam) dan menjaga diri sendiri  dan harta suami bila suami sedang tidak ada disisi, dengan maksud wanita harus pandai mengelola keuangan keluarga (bukan belanjaan yang tidak jelas larinya) dan pandai menjaga diri terutama dalam bersikap dan bertingkah laku jangan sampai menimpulkan fitnah. Kecantikan hakiki adalah wanita yang solehah.
·         Dasar hukum tentang istri yang sholeh.
Tentunya berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
·         Ciri-ciri istri yang shaleh.
1. Taat kepada Allah dan RasulNya
Bagaimana yang dikatakan taat kepada Allah s.w.t. ?
- Mencintai Allah s.w.t. dan Rasulullah s.a.w. melebihi dari segala-galanya.
- Wajib menutup aurat
- Tidak berhias dan berperangai seperti wanita jahiliah
- Tidak bermusafir atau bersama dengan lelaki dewasa kecuali ada bersamanya
- Sering membantu lelaki dalam perkara kebenaran, kebajikan dan taqwa
- Berbuat baik kepada ibu & bapa
- Sentiasa bersedekah baik dalam keadaan susah ataupun senang
- Tidak berkhalwat dengan lelaki dewasa
- Bersikap baik terhadap tetangga
2.      Taat kepada suami
- Memelihara kewajipan terhadap suami
- Sentiasa menyenangkan suami
- Menjaga kehormatan diri dan harta suaminya selama suami tiada di rumah.
- Tidak cemberut di hadapan suami.
- Tidak menolak ajakan suami untuk tidur
- Tidak keluar tanpa izin suami.
- Tidak meninggikan suara melebihi suara suami
- Tidak membantah suaminya dalam kebenaran
- Tidak menerima tamu yang dibenci suaminya.
- Senantiasa memelihara diri, kebersihan fisik & kecantikannya serta rumah tangga

B.     Saran
a.       Hendaknya seorang muslim itu, mencari istri yang shaleh sehingga menarik ghirah dalam dirinya untuk menjadi shaleh.
b.      Terus berusaha berikhtiar adalah sebuah cara yang terbaik dalam ibadah pada Allah swt.
c.       Makalah ini mesti diperbaharui karena masih banyak kekurangan dalam penulisannya dan semua itu adalah kekurangan yang dimiliki oleh penulis.


DAFTAR PUSTAKA
  إتحاف الخيرة المهرة, أحمد بن أبي بكر بن إسماعيل البوصيري, دار الوطن
سنن ابن ماجه, محمد بن يزيد أبو عبدالله القزويني, دار الفكر – بيروت, Juz 1
سنن أبي داود, أبو داود سليمان بن الأشعث السجستاني, دار الكتاب العربي ـ بيروت, Juz 2
Musnad ahmad bin Hanbal, Ahmad bin hanbal, مؤسسة الرسالة, Juz 3
Sunan Baihaqi Al-Kubra, Abu Bakar Al-Baihaqi, مكتبة دار الباز - مكة المكرمة, Juz 7
Shohih Muslim, Muslim, دار الجيل بيروت + دار الأفاق الجديدة ـ بيروت, Juz 4
إقامة الدليل على إبطال التحليل, ابن تيمية, , juz 3
مجموع الفتاوى, دار الوفاء, ابن التيمية, دار الوفاءJuz 35
المنتقى من فتاوى الفوزان,
فتاوى الإسلام سؤال وجواب, الشيخ محمد صالح المنجد www.islam-qa.com. www.ahlalhdeeth.com
فتاوى الشبكة الإسلامية معدلة, www.islamweb.net
فتاوى الشبكة الإسلامية معدلة, www.islamweb.net
www.IndoForum.org, 24-01-2007, 07:51 PM




[1]  إتحاف الخيرة المهرة, أحمد بن أبي بكر بن إسماعيل البوصيري, دار الوطن
[2] سنن ابن ماجه, محمد بن يزيد أبو عبدالله القزويني, دار الفكر – بيروت, Juz 1
[3] سنن أبي داود, أبو داود سليمان بن الأشعث السجستاني, دار الكتاب العربي ـ بيروت, Juz 2
[4] Musnad ahmad bin Hanbal, Ahmad bin hanbal, مؤسسة الرسالة, Juz 3
[5] Sunan Baihaqi Al-Kubra, Abu Bakar Al-Baihaqi, مكتبة دار الباز - مكة المكرمة, Juz 7
[6] Shohih Muslim, Muslim, دار الجيل بيروت + دار الأفاق الجديدة ـ بيروت, Juz 4
[7] Shohih Muslim, Muslim, دار الجيل بيروت + دار الأفاق الجديدة ـ بيروت, Juz 4
[8] Shohih Muslim, Muslim, دار الجيل بيروت + دار الأفاق الجديدة ـ بيروت, Juz 4
[9] Shohih Muslim, Muslim, دار الجيل بيروت + دار الأفاق الجديدة ـ بيروت, Juz 4
[10] Shohih Muslim, Muslim, دار الجيل بيروت + دار الأفاق الجديدة ـ بيروت, Juz 4
[11] Shohih Muslim, Muslim, دار الجيل بيروت + دار الأفاق الجديدة ـ بيروت, Juz 4
[12] إقامة الدليل على إبطال التحليل, ابن تيمية, , juz 3
[13] مجموع الفتاوى, دار الوفاء, ابن التيمية, دار الوفاءJuz 35
[14] المنتقى من فتاوى الفوزان,
[15] فتاوى الإسلام سؤال وجواب, الشيخ محمد صالح المنجد www.islam-qa.com. www.ahlalhdeeth.com
[16] فتاوى الشبكة الإسلامية معدلة, www.islamweb.net
[17] فتاوى الشبكة الإسلامية معدلة, www.islamweb.net
[18] www.IndoForum.org, 24-01-2007, 07:51 PM

1 komentar:

  1. Betul kang.....
    istri sholehah memang benar2 perhiasan dunia termahal.....

    BalasHapus